Desainer Kondang Karl Lagerfeld Meninggal Dunia di Prancis
A
A
A
JAKARTA - Dunia fashion kehilangan satu ikon terbesarnya setelah desainer kondang, Karl Lagerfeld, mengembuskan napas terakhirnya pada Selasa (19/2/2019) dalam usia 85 tahun di Prancis. Majalah berbahasa Prancis, Closer, melaporkan Karl meninggal dunia di American Hospital of Paris.
Tidak disebutkan apa penyebab kematian Karl. Namun, majalah itu menyebutkan, dalam beberapa pekan terakhir, kesehatan Karl memburuk. Situs Pure People melaporkan, Karl dilarikan ke rumah sakit tersebut pada Senin (18/2/2019). Tidak disebutkan kondisi kesehatan Karl yang membuatnya harus dirawat di rumah sakit.
Kondisi kesehatan Karl sudah lama menjadi perhatian banyak orang. Pada 22 Januari lalu, untuk kali pertama dalam kariernya, perancang busana berjuluk Kaiser itu merasa lelah dan tidak tampil di akhir show-nya untuk Chanel di show musim semi—musim panas 2019 brand tersebut. Dia kemudian diwakili direktur studio kreatif Chanel Virginie Viard di show tersebut.
Lahir pada 10 September 1933 di Hamburg, Jerman, Karl memiliki nama asli Karl Otto Lagerfeldt. Dia kemudian mengubah nama belakangnya menjadi Lagerfeld karena yakin lebih terdengar komersial. Saat berusia 14 tahun, dia pindah ke Paris untuk belajar sejarah dan menggambar. Dia menyelesaikan sekolahnya di Lycee Montaigne.
“Ayah saya …. Dia tidak pernah bisa berkata tidak, jadi saya mendapatkan apa pun yang sama mau. Saya punya Bentley saat berusia 20,” ujar Karl beberapa waktu lalu seperti dikutip The Hollywood Reporter.
Pada 1955, Karl memasuki dunia fashion sebagai asisten Pierre Balmain setelah memenangkan hadiah untuk sketsa sebuah mantel yang diproduksi Balmain. Dia kemudian meninggalkan Balmain untuk mendesain haute couture untuk Jean Patou. Ini menjadikannya sebagai direktur seni termuda brand itu pada 1957.
Pada 1965, dia dipekerjakan pendiri Chloe, Gaby Aghion, dan meraih posisi sebagai desainer kepala. Di Chloe, dia menjadi desainer pertama yang merilis parfum tanpa mereknya sendiri, mengembangkan semangat ‘bebas’ Chloe dan mendebut gaun Angkor ikoniknya.
Pada 1967, pria yang dikenali dengan gaya khasnya dengan kemeja berkerah putih, kuncir ekor kuda, sarung tangan fingerless dan kacamata hitam itu bergabung dengan Fendi. Saat itu, dia berkolaboerasi dengan Silvia Fendi untuk membuat busana wanita siap pakai. Pada 1983, dia menjadi direktur artistic untuk Chanel. Tahun berikutnya, Karl memulai merek fashion-nya sendiri untuk menjual busana siap pakai bertema rock sementara meneruskan pekerjaannya di Fendi dan Chanel hingga mengembuskan napas terakhir.
Majalah Vogue menyebut Karl sebagai master penemu ulang dan French Renaissance Man. Dia terus membuat ulang jaket tweed, tas quilt dan mutiara yang dipopulerkan Coco Chanel. “Karl Lagerfeld hampir bersinonim dengan Chanel sebagai Coco Chanel,” tulis WWD.
Pada 2017, dia dianugerahi penghargaan tertinggi Paris, La Medaille Grand Vermeil de la Ville. Selain itu, pada 2015, dia mendapatkan Outstanding Achievement Award di British Fashion Awards dan Couture Council Fashion Visionary Award pada 2010.
“Saya mendesain seperti saya bernapas. Kalian tidak meminta untuk bernapas—itu terjadi begitu saja,” kata Karl.
Selama lebih dari 30 tahun kariernya di Chanel, Karl telah berkolaborasi dengan sejumlah bintang Hollywood. Dia mendesain kostum konser untuk Madonna, memfoto dan mewawancarai Justin Bieber, menciptakan kampanye tas tangan bersama Kristen Stewart dan Pharell Williams dan menampilkan ambassador parfum Chanel No 5 Lily Rose-Depp di runway. Pujaannya di Hollywood, Keira Knightley, bergabung bersama Chanel sebagai model Coco Mademoiselle pada 2006.
Tidak disebutkan apa penyebab kematian Karl. Namun, majalah itu menyebutkan, dalam beberapa pekan terakhir, kesehatan Karl memburuk. Situs Pure People melaporkan, Karl dilarikan ke rumah sakit tersebut pada Senin (18/2/2019). Tidak disebutkan kondisi kesehatan Karl yang membuatnya harus dirawat di rumah sakit.
Kondisi kesehatan Karl sudah lama menjadi perhatian banyak orang. Pada 22 Januari lalu, untuk kali pertama dalam kariernya, perancang busana berjuluk Kaiser itu merasa lelah dan tidak tampil di akhir show-nya untuk Chanel di show musim semi—musim panas 2019 brand tersebut. Dia kemudian diwakili direktur studio kreatif Chanel Virginie Viard di show tersebut.
Lahir pada 10 September 1933 di Hamburg, Jerman, Karl memiliki nama asli Karl Otto Lagerfeldt. Dia kemudian mengubah nama belakangnya menjadi Lagerfeld karena yakin lebih terdengar komersial. Saat berusia 14 tahun, dia pindah ke Paris untuk belajar sejarah dan menggambar. Dia menyelesaikan sekolahnya di Lycee Montaigne.
“Ayah saya …. Dia tidak pernah bisa berkata tidak, jadi saya mendapatkan apa pun yang sama mau. Saya punya Bentley saat berusia 20,” ujar Karl beberapa waktu lalu seperti dikutip The Hollywood Reporter.
Pada 1955, Karl memasuki dunia fashion sebagai asisten Pierre Balmain setelah memenangkan hadiah untuk sketsa sebuah mantel yang diproduksi Balmain. Dia kemudian meninggalkan Balmain untuk mendesain haute couture untuk Jean Patou. Ini menjadikannya sebagai direktur seni termuda brand itu pada 1957.
Pada 1965, dia dipekerjakan pendiri Chloe, Gaby Aghion, dan meraih posisi sebagai desainer kepala. Di Chloe, dia menjadi desainer pertama yang merilis parfum tanpa mereknya sendiri, mengembangkan semangat ‘bebas’ Chloe dan mendebut gaun Angkor ikoniknya.
Pada 1967, pria yang dikenali dengan gaya khasnya dengan kemeja berkerah putih, kuncir ekor kuda, sarung tangan fingerless dan kacamata hitam itu bergabung dengan Fendi. Saat itu, dia berkolaboerasi dengan Silvia Fendi untuk membuat busana wanita siap pakai. Pada 1983, dia menjadi direktur artistic untuk Chanel. Tahun berikutnya, Karl memulai merek fashion-nya sendiri untuk menjual busana siap pakai bertema rock sementara meneruskan pekerjaannya di Fendi dan Chanel hingga mengembuskan napas terakhir.
Majalah Vogue menyebut Karl sebagai master penemu ulang dan French Renaissance Man. Dia terus membuat ulang jaket tweed, tas quilt dan mutiara yang dipopulerkan Coco Chanel. “Karl Lagerfeld hampir bersinonim dengan Chanel sebagai Coco Chanel,” tulis WWD.
Pada 2017, dia dianugerahi penghargaan tertinggi Paris, La Medaille Grand Vermeil de la Ville. Selain itu, pada 2015, dia mendapatkan Outstanding Achievement Award di British Fashion Awards dan Couture Council Fashion Visionary Award pada 2010.
“Saya mendesain seperti saya bernapas. Kalian tidak meminta untuk bernapas—itu terjadi begitu saja,” kata Karl.
Selama lebih dari 30 tahun kariernya di Chanel, Karl telah berkolaborasi dengan sejumlah bintang Hollywood. Dia mendesain kostum konser untuk Madonna, memfoto dan mewawancarai Justin Bieber, menciptakan kampanye tas tangan bersama Kristen Stewart dan Pharell Williams dan menampilkan ambassador parfum Chanel No 5 Lily Rose-Depp di runway. Pujaannya di Hollywood, Keira Knightley, bergabung bersama Chanel sebagai model Coco Mademoiselle pada 2006.
(alv)